Rini Sugianto, yang bernama lengkap Rini Triyani Sugianto, lulusan Academy of Art University, San Fransisco, AS dan juga pernah berkesempatan belajar di Pixar Class ini memulai karier animasi sebagai animator di Stormfront Studios (2005-2006), Offset (2006-2007), Blur Studio (2007-2010). Di Blur Studio dia menjadi animator sekaligus animator supervisor yang melibatkannya dalam beberapa cinematic video games terkenal seperti Dante's Inferno, Warhammer, dan Halo.
Di Agustus 2010 Rini bergabung dengan Weta Digital, New Zealand. Weta Digital dikenal sebagai studio yang menangani film Lord Of The Ring trilogy dan yang terbaru adalah Avatar. Studio Weta Digital saat ini diketahui sedang mengerjakan feature film yang sangat dinanti kehadirannya, yaitu The Adventures of Tintin : Secret of The Unicorn yang ditargetkan akan tayang di akhir tahun 2011. Sungguh sebuah prestasi yang membanggakan pastinya.
Langsung
saja simak interview kami dengan Rini Sugianto dibawah ini. Semoga
menjadi sebuah sumber inspirasi bagi teman-teman semua.
ICG : Bisa review sedikit tentang diri kamu? Misal sekarang kerja dimana dan sebagai apa?
Rini Sugianto : okie.. sekarang kerja di New Zealand.. di Weta Digital sebagai character animator
ICG : Kamu
sekarang bekerja di Weta, yg notabene sih merupakan salah satu company
yang cukup dikenal. Bisa ceritakan sedikit mengenai pengalaman kamu
bekerja di disana?
Rini Sugianto : Well
di Weta baru 6 bulan sih. Jadi masih masa penyesuaian. Tapi so far so
good. Weta company paling gede yang saya pernah kerja. Kira kira ada 800
orang di Weta. Jadi cukup interesting ya, bekerja di company segede
itu. Pipelinenya definitely lebih complicated tapi projectnya fun . Big
movie sih ya .
ICG : Kedengarannya menarik sekali ya
Rini Sugianto : Iya
beda banget sih ya di banding pas masi kerja di Blur. Kerja di movie
prosesnya lebih lambat dibanding cinematic, lebih banyak yang
nge-review.. :D
ICG : Selain soal prosesnya yg lebih lambat itu, apa lagi perbedaan antara pembuatan cinematic dan movie?
Rini Sugianto : Schedule
di pembuatan cinematic Itu umumnya lebih pendek dari pembuatan movie.
Dan biasanya company semacam Blur bertanggung jawab untuk pembuatannya
dari seal sampai akhir ( story - final ). Untuk movie tergantung dari
movienya. Kadang satu film dikerjakan rame-rame beberapa company. Tapi
difilm yg saya lg kerjakan ini (Tintin) semuanya retail yg bikin.
ICG : Di Weta sendiri ada artis Indonesianya lagi selain kamu?
Rini Sugianto : Ada, kalau tidak salah ada 3 orang total sekarang
ICG : Dibagian animasi juga, maksudnya animator?
Rini Sugianto : Ga euy .. di department lain, belum ketemu malah soalnya buildingnya beda
ICG : Di cinematic atau movie biasanya khan ada yang menggunakan teknologi mocap, kmu pernah menganimasi menggunakan mocap jg ?
Rini Sugianto : Pernah. Di Blur kebanyakan projectnya pake mocap, Weta juga.
ICG : Sejauh mana mocap membantu animator menurut kamu?
Rini Sugianto : hmm
tergantung projectnya . Tapi kalau projectnya mocap heavy, mocapnya
akan membantu sekali. Yang benarnya mocap good as a base . Tapi sehabis
itu tetap saja sih mesti di edit and di animate sama animator
ICG : Pernah dengar tentang kinect? Kontroler xbox yg bisa dipakai untuk mocap sederhana juga
Rini Sugianto : Pernah tapi tidak pernah mencoba
ICG : Bagaimana
tanggapan kamu dengan adanya kinect, yang bisa menjadi tool buat mocap
dengan harga yang lebih murah pastinya. Apakah membantu bagi animator,
atau malah merugikan? Kemarin sempat jadi diskusi hangat di indocg
terlebih ketika ada demo di youtube menggerakkan karakter 3d dgn kinect
Rini Sugianto : hmmm sepertinya functionnya beda ya .Tapi saya tidak
terlalu tahu soal kinect sih Jadi tidak bisa berkomentar banyak ya soal
itu.
ICG : Selama bekerja sebagai animator profesional, apa saja hal yang paling kamu sukai dan yang tidak disukai dari pekerjaan kamu?
Rini Sugianto : hmm
senangnya karena dibayar untuk kerja sesuatu yang memang saya suka :D.
Senang sih. Kerja di bidang movie atau games. Fun ya terus tidak
formal.Tidak mesti pakai seragam dan biasanya orang-orang di art lebih
santai. Tidak sukanya ... schedulenya. Wuih.. long hours smile Kadang
bisa ga pulang kalo lagi ada deadline.
ICG : Kalau tidak pulang seperti itu apakah ada fasilitas di kantor untuk menginap?
Rini Sugianto : Biasanya
tidak. Tapi kan kalau lembur biasanya sambil kerja. Jadinya tidak butuh
fasilitas untuk tidur.. Tapi persediaan kopi biasanya mencukupi koq.
ICG : Baru-baru
ini di Indocg ada trit hangat juga soal minimnya jumlah animator/artist
3d yang wanita. Bagaimana menurut kamu mengenai hal tersebut?
Rini Sugianto : Ah..
iya sayang ya tapi in general jarang ya animator (baca: di Indonesia).
Seperti di US atau disini jarang bertemu animator Indonesia. Kalau
modeling atau fx (baca: visual fx) ato texture (baca: texture artist)
malah banyak. Tidak tahu juga kenapa. Mungkin animation lebih tidak
popular mungkin ya?
ICG : Sekarang
bicara soal edukasi, menurut kamu sepenting apa edukasi formal
(sekolah/course) animasi untuk seseorang yang ingin berprofesi sebagai
animator?
Rini Sugianto : Di animasi, degree dari sekolah tidak penting untuk mendapatkan pekerjaan.
ICG : Mengapa?
Rini Sugianto : Banyak
animator yang jago-jago tapi self taught. Semuanya tergantung orangnya.
Seberapa niat mereka mau belajar. Untungnya untuk dapat pekerjaan di
animation, mereka (baca: animation company/industri) tidak melihat kalau
kita ada degree atau tidak. Tapi demo reelnya mesti bagus. Tapi school
itu membantu buat mengarahkan and memberi jalan, apa yang mesti di
pelajarin dan good place buat bertemu orang-orang yang punya goal yang
sama.
ICG: Iya, menarik yang kamu bilang banyak yang self taught dan malah jago animasinya
Rini Sugianto : well tapi banyak juga yang lulusan sekolah dan jago hehe. Benar-benar tergantung orangnya
ICG : hehe iya
ICG : Tadi
bicara soal reel, kira-kira apa yang harus diperhatikan ketika membuat
sebuah reel untuk bisa menarik perhatian dari company profesional?
Rini Sugianto :
Pelajari tipe kerjaan yang company itu kerjakan kalau misalnya mau
bekerja di game company masukkan action type animation di reel-nya yang
kira kira game company mo liat. Kalau misalnya untuk cartoony film
company (model pixar-disney) perbanyak acting animation di reel.
Commercial biasanya nyari model generalis. Tapi basicnya bikin reel
sebagus mungkin hehehe
ICG : Apakah itu berarti misalnya yang mau ke game maka body mechanicnya yang harus dipelajari dibanding acting misalnya.
Rini Sugianto : Iya, tapi tetap mesti belajar acting juga ya. Cuma biasanya game company mau liat body mechanic atau action type animation.
ICG : Bisa ceritakan sedikit mengenail workflow seorang animator di industri company? Di Weta misalnya
Rini Sugianto : hmm Sepertinya saya tidak bisa bicara banyak soal Weta workflow. Confidential soalnya. :(
ICG : Iya, kalau begitu bagaimana personal workflow kamu dalam mengerjakan animasi?
Rini Sugianto : Nah itu bisa hehe. Ini setelah model dan lain-lain jadi kan ya?
ICG: Iya
Rini Sugianto : Setelah
character jadi ama rig nya jadi, dan storynya sudah ada. Animator
biasanya bikin thumbnail untuk key posesnya. Bikin thumbnail membantu
untuk blocking-nya. Planning dulu sebelum mulai menganimasi. Buat saya ,
biasanya lebih mudah untuk menganimasi kalau sudah tau hasil yang mau
di capai sebelum mulai bekerja di computer. Setelah thumbnail-nya jadi,
baru blocking - first pass animation. Umumnya teknik yang saya pakai itu
pose to pose. Jadi animate key poses-nya dulu dan mencoba mendapatkan
timing yang tepat. Kalau sudah dapat timingnya baru menambahkan in
betweeen pose -nya. Setelah itu baru mulai second pass animation
ICG : second passnya apa saja?
Rini Sugianto : Biasanya
di second pass animation saya mencoba memasukan 12 principles of
animation. Jadi di-check Arc-nya, spacing-nya, timing-nya, posenya.
Bikin semuanya smooth.
ICG : O begitu?
Rini Sugianto : Iya terus sehabis itu third pass. polish polish polish
ICG : Rata-rata berapa lama waktu yg kamu butuhkan untuk menyelesaikan sebuah animasi?
Rini Sugianto : Di company?
ICG : Di company boleh, personal juga boleh. Karena kalau di company kan deadline ya sifatnya
Rini Sugianto : Iya,
company juga tergantung projectnya. Susah dibilang ya. Tergantung
berapa panjang animationnya. Untuk 200-300 frame animation kalau
personal mungkin sekitar seminggu - 2 minggu setengah kalau full time
ya. Waktu pas di Blur, tergantung clientnya butuhnya kapan, seringnya
kurang dari 2 minggu.
ICG : Kalau movie lebih panjang ya berarti?
Rini Sugianto : Movie iya. Tapi panjangnya juga sebagian gara-gara menunggu direview oleh director.
ICG : Dari
pengalaman kerja kamu, pasti sudah mengerjakan banyak animasi ya. Dari
semua yang kamu buat itu mana yang kamu paling suka dan mengapa?
Rini Sugianto : Waaah susah itu jawabnya.
ICG : hehe.
Rini Sugianto : hmm
Yang paling terkesan so far beberapa project di Blur sih. Seperti
Warhammer soalnya itu pertama kali jadi lead. Atau Jabbawacky soalnya
cartoony.. 13 shots in 3 weeks haha. Banyak lemburnya..tapi projectnya
fun sekali.
ICG : hehe Sounds really fun ya.
ICG : Selanjutnya, menurut kamu apa hal yang paling penting untuk dipelajari bagi yang ingin menjadi animator profesional?
Rini Sugianto : Basic
animation. Animation bukan cuma pelajari software-nya. Tapi dasar dasar
principles animation-nya. Mempelajari teknik 2d animation itu juga
sangat membantu. Selain itu, perhatikan detailnya.
Kadang gerakan gerakan yang subtle itu yang membuat animasinya lebih
hidup. Kadang itu juga yang membedakan antara "okay animator" dengan
"great animator", (yaitu) di detailnya. Strong pose juga penting di
animation.
ICG : Apakah 3d animator perlu bisa menggambar juga?
Rini Sugianto : In general iya. Bisa menggambar itu membantu sekali. Bisa lebih jelas membayangkan pose nya, line of actionnya, shape-nya.
ICG : Kamu
kan sering jadi juri di indocg animation challenge, bagaimana pendapat
kamu mengenai animasi yang ikut di challenge tersebut?
Rini Sugianto : Makin lama makin bagus lho.
ICG : Berarti tujuan challengenya berhasil kalau begitu. hehe
Rini Sugianto : Kadang
ada beberapa yang terlalu complicated malah jadi ga jelas. Saya selalu
berpikir simple is better. Yang bikin beda itu di detailnya. Untuk
challange itu biasanya kan cuma 100-200 frame. Biasanya di 100-200 itu
paling butuh 3 key pose sisanya di detail and polish. Tapi iya,
dichallenge-nya, ada beberapa contestant yang setelah beberapa challenge
kelihatan improvementnya
ICG : Semoga makin baik lagi challengenya
Rini Sugianto : Semoga. Membantu koq itu.
ICG : Apa rencana atau impian kamu yang ingin kamu wujudkan di masa depan?
Rini Sugianto : mm
sekarang sih semoga bisa tetep kerja di Weta untuk sementara ya. Untuk
kedepannya masih belum tahu juga. Mungkin setelah beberapa tahun ingin
juga sih mencoba feature animation seperti dreamworks atau pixar. Semoga
yaaa..
ICG: amiin
Rini Sugianto: OH.. ingin juga bikin stop motion hehe
ICG : Siapa animator yang paling kamu kagumi dan mengapa?
Rini Sugianto : James baxter
ICG : Animasinya yang mana yang kamu paling suka?
Rini Sugianto : Eh
banyak juga sih .. Glen Keane juga sih. James baxter banyak animate di
2d disney movie gitu. Yang baru sepertinya dia bikin intronya kung fu
panda.
ICG : Iya,
dia pernah diinterview juga di animation podcast kalau tidak salah.
Semoga makin banyak animator Indonesia yang bagus-bagus.
Rini Sugianto :Iya great animator. Semoga Semoga.
ICG : Amin. Suatu saat kalau sudah banyak, mungkin kita bisa bikin podcast untuk animator/artis-artis kita.
Rini Sugianto : Amiin
ICG : Terima kasih banyak ya buat waktunya.
Rini Sugianto : Sama-sama.. Terima kasih juga buat interviewnya smile
ICG : Sama-sama.
Demikian interview singkat kami dengan Rini Sugianto. Terima kasih
banyak bagi Rini Sugianto yang telah meluangkan waktunya yang tentunya
merupakan hal yang langka ditengah-tengah kesibukannya sebagai animator.
Semoga sukses terus dengan project yang sedang dikerjakan sekarang dan
impiannya dimasa mendatang. Maju terus animasi Indonesia.
Animator Indonesia Tembus Hollywood Lewat 'Tintin'
Berawal dari kecintaan terhadap karakter fiksi seorang detektif
berjambul bernama Tintin, seorang animator muda asal Indonesia bernama
Rini Sugianto sukses menembus kancah perfilman Hollywood.
Rini yang saat ini bekerja sebagai animator di perusahaan WETA digital
di Selandia Baru, baru-baru ini ikut menggarap film "The Adventures of
Tintin." Sebelumnya, Rini yang adalah lulusan S2 dari Academy of Arts di
San Francisco, California rela untuk meninggalkan pekerjaan dan
kehidupannya di Amerika dan pindah ke Selandia Baru, setelah mendapat
tawaran untuk menggarap film yang disutradarai oleh Stephen Spielberg
ini. “WETA waktu itu lagi hiring untuk 'Tintin' sama 'Rise of the Apes.'
Lalu setelah itu saya ditelepon. Katanya, 'Mau pindah ke Selandia Baru
atau nggak? Saya grew up dengan Tintin, sewaktu masih kecil baca Tintin
terus. Akhirnya saya nggak bisa nolak dan pindah ke sini tahun kemarin,”
tutur Rini via telepon kepada VOA.
Film "The Adventures of Tintin" adalah film layar lebar Hollywood
pertama di mana Rini ikut menjadi salah satu animatornya. Selain
merupakan prestasi yang luar biasa, tentunya juga cukup membuat hati
Rini senang. “Waktu itu senang ya, pas diwawancara (untuk pekerjaan
ini), lucunya karena saya di LA punya anjing dan Tintin ada karakter
anjingnya, Snowy. (Mereka) agak-agak tertarik juga mungkin karena saya
punya anjing jadi mungkin lebih tahu gerakannya anjing karena tiap hari
melihat gerakannya. Senangnya dapat kesempatan untuk kerja di film
sebesar Tintin. Apalagi dengan sutradaranya semacam Stephen Spielberg.
Baru pertama kali ini kerja dengan sutradara terkenal,” ujarnya.
Rini Sugianto, animator asal Indonesia untuk film The Adventures of Tintin
Walaupun begitu, Rini mengaku belum pernah bertemu langsung dengan
Stephen Spielberg. “Seminggu sekali, ada director review lewat video
conference. Jadi melihatnya hanya dari video aja,” tambah Rini.
Dalam film "The Adventures of Tintin," Rini bertindak sebagai animator
dengan andil paling besar. “Kebetulan di film ini, saya mengerjain
paling banyak adegannya, total ada 70 shot di film Tintin,” ujar Rini.
Menggarap film yang memiliki tokoh terkenal seperti Tintin memiliki
tantangan tersendiri. “Yang paling besar, adalah karena komiknya itu
udah terkenal. Jadi orang-orang sudah familiar sama karakternya. Kita
nggak bisa sembarangan mengubah ceritanya atau mengubah terlalu jauh
dari aslinya,” tambah Rini.
Sumber: www.eocommunity.com
http://www.triyani.com/ (website portofolio Rini Sugianto).
http://www.vilenanimation.blogspot.com/ (personal blog Rini Sugianto).
* info dirangkum dari beberapa sumber, diantaranya website linkedIn Rini Sugianto, website Weta Digital (http://www.wetafx.co.nz/), interview Rini Sugianto di blog Kudhatama (http://kudha.multiply.com/journal/item/ … I_SUGIANTO).
** interview yang ditampilkan dihalaman ini telah mengalami pengeditan tanpa mengubah arti dan makna dari pernyataan dari nara sumber interview.
No comments:
Post a Comment