Mungkin sebagian besar dari kita tidak akan mempermasalahkan
persoalan nama seperti ini. Tapi, tidak ada salahnya kita
mempertanyakannya dan semua yang ada pada tulisan ini hanyalah asumsi
saya dari referensi buka Satanic Finance.
Pada awalnya bank yang berdiri dengan tiga pilar utama yaitu Fiat money, Fractional Reserve Requirement, dan Interest. Muncul sistem baru yang bisa membebaskan kita dari sistem mencekik dari tiga pilar di atas. Sistem yang mana di negeri ini merupakan dupikasi terhadap sistem perbankan yang lebih dulu ada. Biasa disebut perbankan Islam yang by design bertujuan untuk merubuhkan pilar ke-tiga yaitu Interest.
Namun entah mengapa, apakah karena penggunakan kata “Islam” dalam perbankan yang dianggap terlalu mencolok dimana kata bank yang menyiratkan kemoderenan disambung dengan Islam yang pemeluknya kuno dan bebal (karena alat tukar dalam ajaran Islam adalah emas dan dari dulu kaum pemeluk Islam terkenal dengan kaum yang suka berperang karena adanya istilah mati syahid). Dan pada akhirnya dipakailah kata “Syariah”, yang mana kata-kata itu mungkin masih mencerminkan cara kerja sebuah bank yang berbeda dengan konvensional.
Dengan kondisi seperti itu banyak yang tak sadar, betapa itu adalah eufimisme terhadap Islam. Islam sebagai ideologi mencakup elemen aqidah, syariah, ibadah dan akhlaq. Begitu disebut Bank Islam, mestinya mencerminkan aspek ini. Dengan diganti Bank Syariah, pesan itu secara tidak langsung sudah dipangkas. Sebab,”Syariah” di sini bisa diartikan menurut syariah agama lain, sehinggal bukan nilai-nilai Islam yang hendak dijadikan pedoman.
Jadi, bagaimana pendapat anda? Inilah apa-apa saja yang saya dapatkan dari bacaan tersebut. Mungkin hanya sedikit dan Insya Allah bermanfaat.
Sumber : Buku Satanic Finance karya Dr. Ahmad Riawan Amin
Pada awalnya bank yang berdiri dengan tiga pilar utama yaitu Fiat money, Fractional Reserve Requirement, dan Interest. Muncul sistem baru yang bisa membebaskan kita dari sistem mencekik dari tiga pilar di atas. Sistem yang mana di negeri ini merupakan dupikasi terhadap sistem perbankan yang lebih dulu ada. Biasa disebut perbankan Islam yang by design bertujuan untuk merubuhkan pilar ke-tiga yaitu Interest.
Namun entah mengapa, apakah karena penggunakan kata “Islam” dalam perbankan yang dianggap terlalu mencolok dimana kata bank yang menyiratkan kemoderenan disambung dengan Islam yang pemeluknya kuno dan bebal (karena alat tukar dalam ajaran Islam adalah emas dan dari dulu kaum pemeluk Islam terkenal dengan kaum yang suka berperang karena adanya istilah mati syahid). Dan pada akhirnya dipakailah kata “Syariah”, yang mana kata-kata itu mungkin masih mencerminkan cara kerja sebuah bank yang berbeda dengan konvensional.
Dengan kondisi seperti itu banyak yang tak sadar, betapa itu adalah eufimisme terhadap Islam. Islam sebagai ideologi mencakup elemen aqidah, syariah, ibadah dan akhlaq. Begitu disebut Bank Islam, mestinya mencerminkan aspek ini. Dengan diganti Bank Syariah, pesan itu secara tidak langsung sudah dipangkas. Sebab,”Syariah” di sini bisa diartikan menurut syariah agama lain, sehinggal bukan nilai-nilai Islam yang hendak dijadikan pedoman.
Jadi, bagaimana pendapat anda? Inilah apa-apa saja yang saya dapatkan dari bacaan tersebut. Mungkin hanya sedikit dan Insya Allah bermanfaat.
Sumber : Buku Satanic Finance karya Dr. Ahmad Riawan Amin
No comments:
Post a Comment