Iwan Sunito adalah warga Indonesia yang sukses membangun kerajaan bisnisnya di Australia. Lini usaha utamanya adalah Crown International Holding Groups, sebuah perusahaan bidang properti, spesialis membangun apartemen.
Iwan yang lahir dan besar di Surabaya, Jawa Timur, memilih merantau pada 1984 untuk belajar arsitektur di Universitas New South Wales Australia. Selepas kuliah, dia bekerja serabutan menggambar desain gedung.
Dia mengaku, sejak kecil memang gemar menggambar. Terkadang, tak dibayar pun Iwan tetap mengerjakan proyek desain tersebut.
"Saya gambar proyek orang lain, dibayar enggak dibayar tidak masalah, karena saya memang suka dengan properti," ungkapnya di sela-sela acara Konferensi Diaspora Indonesia ke-II, Senayan, Jakarta, Selasa (20/9).
Setelah periode serabutan, dia sempat dua tahun bekerja di Cox Richardson Architects. Tugasnya menjadi tukang gambar desain bangunan. Iwan sempat merasakan jenuh, karena karirnya terkesan mentok.
"Saya sempat merasa, ini 5 tahun menggambar kok enggak ada dampaknya, tapi saya percaya satu hal, kerja keras, lalu kerja cerdas. Saya jaga pikiran saya untuk tetap besar, cita-cita besar, meski saya mulai dengan pekerjaan kecil," ungkap pria kelahiran Juli 1966 ini.
Pada 1994, dia memberanikan diri membuka usaha sendiri, yaitu Crown Group. Proyek yang dia dapat adalah merancang hunian mewah di Kawasan Rose Bay, Sydney, dengan kontrak 500.000 dolar Australia.
Dari situ Iwan pelan-pelan merintis usaha propertinya semakin besar. Kerja kerasnya sekarang menuai hasil. Tahun ini saja, dari Sydney, dia telah meraup laba Rp 15 triliun.
Masih ada kesempatan meraup Rp 30 triliun tambahan dari proyek penggarapan apartemen. Di Indonesia, Iwan bersiap membangun 4 apartemen dan gedung tinggi senilai Rp 100 triliun.
Crown Group kini ditaksir memiliki total aset USD 3 miliar. Iwan mengaku dalam waktu dekat ingin mengantar perusahaannya melantai di bursa Negeri Kanguru itu.
Soal kunci suksesnya, Iwan berpesan bahwa sejarah hanya mengenal pemenang. Karena itu, dia memacu diri menjadi orang nomor satu di bidang yang dia cintai yaitu properti.
"Enggak ada yang ingat orang kedua mendarat di bulan. Pemenang pasti punya spirit tidak mudah menyerah," kata pria yang memegang gelar S2 bidang manajemen konstruksi ini.
Kini Iwan membuktikan janjinya 'pulang kampung' ke Indonesia lewat proyek di Jakarta yang sedianya mulai dijalankan akhir tahun ini. Pria yang masih fasih berbahasa Jawa logat Suroboyoan ini mengaku masih mencintai Indonesia walau mencari rezeki di Australia.
Kebetulan kakaknya, Nisin Sunito, juga pengusaha sukses di negara itu. Bisnis saudara kandungnya adalah peternakan sapi yang sangat besar.
Iwan dan Nisin saat ini ditawari pemerintah untuk kembali ke Indonesia. Iwan mengaku sanggup dan akan mengusahakan mencari koneksi agar pengusaha dalam negeri terbantu memasarkan produk-produknya, terutama ke Australia.
"Kita ini bukan kabur dari Indonesia, tapi menjaring koneksi ekonomi untuk Indonesia," tandasnya.
Iwan yang lahir dan besar di Surabaya, Jawa Timur, memilih merantau pada 1984 untuk belajar arsitektur di Universitas New South Wales Australia. Selepas kuliah, dia bekerja serabutan menggambar desain gedung.
Dia mengaku, sejak kecil memang gemar menggambar. Terkadang, tak dibayar pun Iwan tetap mengerjakan proyek desain tersebut.
"Saya gambar proyek orang lain, dibayar enggak dibayar tidak masalah, karena saya memang suka dengan properti," ungkapnya di sela-sela acara Konferensi Diaspora Indonesia ke-II, Senayan, Jakarta, Selasa (20/9).
Setelah periode serabutan, dia sempat dua tahun bekerja di Cox Richardson Architects. Tugasnya menjadi tukang gambar desain bangunan. Iwan sempat merasakan jenuh, karena karirnya terkesan mentok.
"Saya sempat merasa, ini 5 tahun menggambar kok enggak ada dampaknya, tapi saya percaya satu hal, kerja keras, lalu kerja cerdas. Saya jaga pikiran saya untuk tetap besar, cita-cita besar, meski saya mulai dengan pekerjaan kecil," ungkap pria kelahiran Juli 1966 ini.
Pada 1994, dia memberanikan diri membuka usaha sendiri, yaitu Crown Group. Proyek yang dia dapat adalah merancang hunian mewah di Kawasan Rose Bay, Sydney, dengan kontrak 500.000 dolar Australia.
Dari situ Iwan pelan-pelan merintis usaha propertinya semakin besar. Kerja kerasnya sekarang menuai hasil. Tahun ini saja, dari Sydney, dia telah meraup laba Rp 15 triliun.
Masih ada kesempatan meraup Rp 30 triliun tambahan dari proyek penggarapan apartemen. Di Indonesia, Iwan bersiap membangun 4 apartemen dan gedung tinggi senilai Rp 100 triliun.
Crown Group kini ditaksir memiliki total aset USD 3 miliar. Iwan mengaku dalam waktu dekat ingin mengantar perusahaannya melantai di bursa Negeri Kanguru itu.
Soal kunci suksesnya, Iwan berpesan bahwa sejarah hanya mengenal pemenang. Karena itu, dia memacu diri menjadi orang nomor satu di bidang yang dia cintai yaitu properti.
"Enggak ada yang ingat orang kedua mendarat di bulan. Pemenang pasti punya spirit tidak mudah menyerah," kata pria yang memegang gelar S2 bidang manajemen konstruksi ini.
Kini Iwan membuktikan janjinya 'pulang kampung' ke Indonesia lewat proyek di Jakarta yang sedianya mulai dijalankan akhir tahun ini. Pria yang masih fasih berbahasa Jawa logat Suroboyoan ini mengaku masih mencintai Indonesia walau mencari rezeki di Australia.
Kebetulan kakaknya, Nisin Sunito, juga pengusaha sukses di negara itu. Bisnis saudara kandungnya adalah peternakan sapi yang sangat besar.
Iwan dan Nisin saat ini ditawari pemerintah untuk kembali ke Indonesia. Iwan mengaku sanggup dan akan mengusahakan mencari koneksi agar pengusaha dalam negeri terbantu memasarkan produk-produknya, terutama ke Australia.
"Kita ini bukan kabur dari Indonesia, tapi menjaring koneksi ekonomi untuk Indonesia," tandasnya.
No comments:
Post a Comment